Thursday, February 6, 2014

BAHASA JAWA

 AKSARA JAWA

Aksara dasar (Aksara Nglagena)

Hanacaraka-jawa.png



Urutan dasar aksara Jawa banyak dikenal orang karena berisi suatu cerita legenda:
Hana Caraka (Terdapat Pengawal)
Data Sawala (Berbeda Pendapat)
Padha Jayanya (Sama kuat/hebatnya)
Maga Bathanga (Keduanya mati).
Bagi mereka yang kurang mengenal bahasa Jawa, diperlukan sedikit catatan.
  • /d/, /ɖ/, /j/, /b/, dan /g/ pada bahasa Jawa selalu dibunyikan meletup (ada hembusan h); ini memberikan kesan "berat" pada aksen Jawa.
  • ha, mewakili fonem /a/ dan /ha/. Bila aksara ini terletak di depan suatu kata, akan dibaca /a/. Aturan ini tidak berlaku untuk nama atau kata bahasa asing (selain bahasa Jawa).
  • da dalam penulisan latin dipakai untuk /d/ dental dan meletup (lidah di belakang pangkal gigi seri atas dan diletupkan). /d/ ini berbeda dari bahasa Indonesia/Melayu.
  • dha dalam penulisan Jawa latin dipakai untuk /ɖ/ (d-retrofleks). Posisi lidah sama dengan /d/ bahasa Melayu/Indonesia tetapi bunyinya diletupkan.
  • tha dalam penulisan Jawa latin dipakai untuk /ʈ/ (t-retrofleks). Posisi lidah sama seperti /d/ tetapi tidak diberatkan. Bunyi ini mirip dengan bila orang beraksen Bali menyuarakan 't'.

Makna Huruf

Ha Hana hurip wening suci - adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
Na Nur candra, gaib candra, warsitaning candara - pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi - arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
Ra Rasaingsun handulusih - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana - hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam
Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan - menerima hidup apa adanya
Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa - mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
Sa Suram ingsun handulu sifatullah - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa Wujud hana tan kena kinira - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
La Lir handaya paseban jati - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
Pa Papan kang tanpa kiblat - Hakekat Allah yang ada tanpa arah
Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja Jumbuhing kawula lan Gusti - Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi - yakin atas titah/kodrat Illahi
Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki - memahami kodrat kehidupan
Ma Madep mantep manembah mring Ilahi - yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
Ga Guru sejati sing muruki - belajar pada guru nurani
Ba Bayu sejati kang andalani - menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha Tukul saka niat - sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
Nga Ngracut busananing manungso - melepaskan egoisme pribadi manusia.

Pasangan

Jika Carakan / aksara Jawa lebih bersifat silabis (kesukukataan), bagaimana Carakan bisa menuliskan huruf mati? Hal ini bisa dijawab dengan adanya pasangan. Pasangan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup (diakhiri konsonan) dengan suku kata berikutnya.
Sebagai contoh kata "aksara" yang bila dipisahkan menurut silabiknya adalah "ak", "sa", dan "ra". Suku kata yang pertama suku kata "ak". Untuk menuliskan "ak" ini pertama-tama adalah dengan menuliskan aksara "ha (ꦲ)" terlebih dahulu. Kemudian menuliskan aksara "ka (ꦏ)" karena aksara "ka". Untuk mematikan vokal "a" pada "ka", maka kita harus menuliskan bentuk pasangan "sa".
Bentuk pasangan disebutkan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup dengan suku kata berikutnya. Artinya bahwa huruf yang diikuti pasangan akan dimatikan huruf vokalnya sehingga menjadi konsonan. Pada kasus di atas aksara "ka" diikuti pasangan "sa" yang berarti "ka" akan dibaca sebagai "k".
Semua aksara pokok yang ada di Carakan memiliki pasangannya masing-masing. Bentuk pasangan ini ada yang dituliskan di bawah dan ada juga yang di atas sejajar dengan aksara.
Bentuk-bentuk pasangan itu adalah:
ha na ca ra ka
Jawa Ha Pasangan.png Jawa Na Pasangan.png Jawa Ca Pasangan.png Jawa Ra Pasangan.png Jawa Ka Pasangan.png
◌꧀ꦲ  ◌꧀ꦤ  ◌꧀ꦕ  ◌꧀ꦫ  ◌꧀ꦏ
da ta sa wa la
Jawa Da Pasangan.png Jawa Ta Pasangan.png Jawa Sa Pasangan.png Jawa Wa Pasangan.png Jawa La Pasangan.png
◌꧀ꦢ  ◌꧀ꦠ  ◌꧀ꦱ  ◌꧀ꦮ  ◌꧀ꦭ
pa dha ja ya nya
Jawa Pa Pasangan.png Jawa Dha Pasangan.png Jawa Ja Pasangan.png Jawa Ya Pasangan.png Jawa Nya Pasangan.png
◌꧀ꦥ  ◌꧀ꦝ  ◌꧀ꦗ  ◌꧀ꦪ  ◌꧀ꦚ
ma ga ba tha nga
Jawa Ma Pasangan.png Jawa Ga Pasangan.png Jawa Ba Pasangan.png Jawa Tha Pasangan.png Jawa Nga Pasangan.png
◌꧀ꦩ  ◌꧀ꦒ  ◌꧀ꦧ  ◌꧀ꦛ  ◌꧀ꦔ

Aksara Murda

Kegunaan Aksara Murda

Pada aksara hanacaraka memiliki bentuk murda (hampir setara dengan huruf kapital) yang seringkali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang menunjukkan
  • Nama Gelar
  • Nama Diri
  • Nama Geografi
  • Nama Lembaga Pemerintah
  • Dan Nama Lembaga Berbadan
(Kata-kata dalam Bahasa Indonesia yang menunjukkan hal-hal diatas biasanya diawali dengan huruf besar atau kapital. Untuk itulah pada perangkat lunak ini kita gunakan huruf kapital untuk menuliskan aksara murda atau pasangannya)

Aksara Murda dan Pasangannya

Sebagai catatan mengenai aksara murda ini bahwa tidak semua aksara yang ada di Hanacaraka memiliki bentuk Murdanya. Aksara murda dalam Hanacaraka hanya berjumlah 7 buah. Bentuk Murda dalam hanacaraka juga memiliki bentuk pasangan yang memiliki fungsi sama dengan pasangan dalam aksara Jawa.
Bentuk Aksara Murda serta Pasangan Murda
Berkas:04AksaraMurda.JPG

Aturan Pengunaan

Untuk aturan penulisan Aksara murda ini hampir sama dengan penulisan aksara-aksara pokok di Hanacaraka, ditambah dengan beberapa aturan tambahan yakni :
  • Murda tidak dapat dipakai sebagai sigeg (konsonan penutup suku kata).
  • Bila ditemui aksara murda menjadi sigeg, maka dituliskan bentuk aksara pokoknya.
  • Bila dalam satu kata atau satu kalimat ditemui lebih dari satu aksara murda, maka ada dua aturan yang dapat dipergunakan yakni dengan menuliskan aksara murda terdepannya saja, atau dengan menuliskan keseluruhan dari bentuk aksara mudra yang ditemui.

Contoh Pemakaian Aksara Murda

Untuk melengkapi aturan penggunaan aksara murda ini, contoh berikut bisa digunakan sebagai acuan untuk menuliskan Aksara Murda.

Berkas:05ContohAksaraMurda.JPG

Aksara Swara

Kegunaan Aksara Swara

Aksara Swara sebagaimana aksara Murda memiliki fungsi dan kegunaan tertentu. Aksara Swara dalam penulisan Hanacaraka digunakan untuk menuliskan aksara vokal yang menjadi suku kata, terutama yang berasal dari bahasa asing, untuk mempertegas pelafalannya.

Bentuk Aksara Swara

Aksara Swara tidak seperti aksara-aksara yang lain. Aksara ini tidak dilengkapi dengan bentuk pasangan. adapun bentuk Aksara Swara ini adalah sebagai berikut :
Berkas:06AksaraSwara.JPG

Aturan Penulisan Aksara Swara

Dalam menuliskan Aksara Swara, diikuti aturan penulisan aksara swara sebagai berikut :
  • Aksara swara tidak dapat dijadikan sebagai aksara pasangan.
  • Bila aksara swara menemui sigegan (konsonan pada akhir suku kata sebelumnya), maka sigegan itu harus dimatikan dengan pangkon.
  • Aksara swara dapat diberikan sandangan wignyan, layar, cecak, suku, wulu dan lainnya.

Contoh Penggunaan Aksara Swara

Untuk melengkapi aturan penggunaan aksara murda ini, contoh berikut bisa digunakan sebagai acuan untuk menuliskan Aksara Murda.
Contoh:
Berkas:07ContohAksaraSwara.JPG

Aksara Rekan

Kegunaan Aksara Rekan

Perlu diakui bahwa bentuk-bentuk huruf yang ada di dalam Hanacaraka tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam penulisan kata-kata dari manca negara. Sebagai salah satu bentuk asimilasi budaya ini, maka dibentuklah aksara rekan yang pada perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa arab.
Aksara rekan digunakan untuk menuliskan aksara konsonan pada kata-kata asing yang masih dipertahankan seperti aslinya.

Bentuk Aksara Rekan dan Pasangan Rekan

Aksara Rekan dalam Hanacaraka ada 5 buah, yang kesemuanya memiliki bentuk pasangan. Adapun bentuk aksara dan pasangan rekan itu digambarkan di bawah ini:
Berkas:08AksaraRekan.JPG

Aturan Penulisan Aksara Rekan

Untuk menggunaan Aksara Rekan beserta pasangannya diikuti aturan sebagai berikut :
  • Aksara rekan dapat menjadi pasangan
  • Aksara rekan dapat diberikan pasangan
  • Aksara rekan juga dapat diberikan sandangan sebagaimana aksara-aksara yang ada dalam Hanacaraka.

Contoh Penggunaan Aksara Rekan

Berikut ini adalah daftar aksara rekan dan aksara pasangannya yang dilengkapi dengan contoh penggunaan masing-masing aksara.
Berkas:09ContohAksaraRekan.JPG

Alasan dipakainya sandangan

Sandangan adalah tanda yang dipakai sebagai pengubah bunyi di dalam tulisan Jawa. Di dalam tulisan jawa, aksara yang tidak mendapat sandangan diucapkan sebagai gabungan anatara konsonan dan vokal a. Vokal a di dalam bahasa Jawa mempunya dua macam varian, yakni / / dan /a/.
  • Vokal a dilafalkan seperti o pada kata bom, pokok, tolong, tokoh doi dalam bahasa Indonesia, misalnya :
  • Vokal a dilafalkan /a/, seperti a pada kata pas, ada, siapa, semua di dalam bahasa Indonesia, misalnya :
Sandangan di dalam aksara jawa dapat dibagi menjadi tiga golongan yakni sebagai berikut :
  1. Sandangan Bunyi Vokal (Sandhangan Swara)
  2. Sandangan Konsonan Penutup Suku Kata (Sandhangan Panyigeging Wanda)
  3. Sandangan Gugus Konsonan

Sandangan bunyi vokal

Sandangan bunyi vokal ada lima buah. Adapun bentuk dari sandangan bunyi vokal ini adalah :

Pemakaian Sandangan Wulu

Sandangan Wulu dipakai untuk melambangkan vokal ( i ) di dalam suatu suku kata. Sedangkan wulu ditulis di bagian atas akhir suatu aksara. Apabila selain wulu juga terdapat sandangan yang lain, maka sandangan wulu digeser sedikit ke kiri.

Pemakaian Sandangan Suku

Penulisan sandangan suku dapat dituliskan dalam dua keadaan yaitu :
  • Penulisan sandangan suku pada aksara. Sandangan suku dipakai untuk melambangkan bunyi vokal u yang bergabung dengan bunyi konsonan di dalam suatu suku kata, atau vokal U yang tidak dituliskan dengan aksara swara.Sandangan suku dituliskan serangkai di bagian bawah akhir aksara yang mendapatkan sandangan itu.
  • Penulisan sandangan suku pada pasangan. Sandangan suku pada pasangan dituliskan mengikuti letak penulisan pasangan itu. Letak sandangan sukunya sendiri tetap berada pada bagian bawah akhir dari pasangan. Apabila sandangan suku mengikuti pasangan aksara (ka), (ta), atau (la), maka pasangan ini harus dirubah dulu ke dalam bentuk aksara pokoknya dahulu, baru kemudian diberikan sandangan suku.

Pemakaian Sandangan Pepet

Kegunaannya untuk dipakai untuk melambangkan vokal e di dalam suatu suku kata.
Aturan penulisan sandangan pepet tertera sebagai berikut:
  • Sandangan pepet ditulis di bagian atas akhir aksara.
  • Apabila selain pepet juga terdapat sandangan layar, maka sandangan pepet digeser sedikit ke kiri dan sandangan layar ditulis di sebelah kanan pepet.
  • Apabila selain pepet juga terdapat sandangan cecak, maka sandangan pepet digeser sedikit ke kiri dan sandangan cecak ditulis di dalam pepet.
  • Penempatan sandangan pepet pada aksara yang mendapatkan pasangan dituliskan sesuai dengan aturan di atas, kecuali untuk aksara yang mendapatkan pasangan yang dituliskan di atas seperti sandangan (ha), (sa), dan (pa). Untuk aksara yang mendapatkan pasangan ini, maka penulisan pepet berada di atas pasangannya.
Pengecualian: Sandangan pepet tidak dipakai untuk menuliskan suku kata re dan le yang bukan sebagai pasangan. Sebab suku kata re dan le yang bukan pasangan dilambangkan dengan tanda pacerek (re) dan Nga lelet (le).

Pemakaian Sandangan Taling

Sandangan taling dipakai untuk melambangkan bunyi vokal e atau e yang tidak ditulis dengan aksara swara E yang bergabung dengan bunyi konsonan di dalam suatu suku kata. Sandangan taling ditulis di depan aksara yang dibubuhi sandangan itu.
Catatan: Untuk membedakan penggunaan sandangan pepet dengan taling, maka dalam perangkat lunak ini gunakan:
  • e (kecil) untuk penulisan sandangan pepet
  • E (besar) untuk penulisan sandangan taling

Pemaikaian Sandangan Taling Tarung

Sandangan taling tarung dipakai untuk melambangkan bunyi vokal O yang tidak dituliskan dengan aksara swara di dalam suatu suku kata. Untuk Sandangan taling tarung dituliskan mengapit aksara yang dibubuhi sandangan itu.
Sandangan taling tarung untuk aksara pasangan di tuliskan mengapit aksara yang dimatikan (yang menjadi sigeg). Untuk aksara pasangan yang ada di atas seperti pasangan (ha), (sa), dan (pa), maka taling ditaruh didepan aksara sigeg, sedangkan tarung ditaruh di belakang aksara pasangan.

Sandangan penutup suku kata

Sandangan penutup suku kata ada 4 buah.

Pemakaian Sandangan Wignyan

Sandangan wignyan adalah pengganti sigegan ha (konsonan ha di akhir suku). Penulisan wignyan diletakkan di belakang aksara yang dibubuhi sandangan itu.

Pemakaian Sandangan Layar

Hampir sama dengan sandangan wignyan, sandangan layar digunakan untuk pengganti sigegan ra (konsonan ra di akhir suku). Penulisan layar ditulis dibagian atas akhir aksara yang mengikuti.

Pemakaian Sandangan Cecak

Sandangan cecak digunakan untuk menuliskan sigegan ng (sepasang konsonan nga di akhir suku kata). ada tiga buah kondisi dalam menuliskan sandangan cecak, yakni :
  • Sandangan cecak ditulis di atas aksara. Sandangan cecak dituliskan menurut aturan ini bila menemui keadaan aksara yang diikuti tidak memiliki sandangan di atas aksara selain dirinya.
  • Sandangan cecak ditulis di atas aksara belakang sandangan wulu. Apa bila sandangan cecak mengikuti sandangan wulu, maka sandangan cecak dituliskan di belakang sandangan wulu.
  • Sandangan cecak ditulis di atas aksara di dalam pepet. Sandangan cecak ( ) apabila mengikuti sandangan pepet (), maka penulisan cecak di taruh di dalam sandangan pepet. Dalam keadaan ini kedua sandangan penulisannya adalah sebagai berikut : ().

Pemakaian Sandangan Pangkon

Tidak seperti ketiga sandangan sebelumnya, sandangan pangkong memiliki beberapa fungsi. Fungsi-fungsi itu adalah :
  • Sandangan pangkong dipakai sebagai penanda bahwa aksara yang dibubuhi sandangan pangkon itu merupakan aksara mati, aksara penutup suku kata, atau aksara penyigeging wanda. Sandangan pangkong ditulis di belakang aksara yang di bubuhi sandangan itu.
  • Sandangan pangkon dapat juga dipakai sebagai pembatas bagian kalimat atau rincian yang belum selesai, senilai dengan pada lingsa, atau tanda koma (,) di dalam ejaan latin, di samping untuk mematikan aksara. Pada kasus ini pangkong berfungsi ganda.
    • Contoh:
bapak macul, aku angon sapi, adhiku dolanan ijen.
  • Sandangan pangkon dapat ditulis untuk menghindarkan penulisan aksara yang bersusun lebih dari dua tingkat.
    • Contoh :
benik klambi

Sandangan gugus konsonan

Gugus konsonan adalah kumpulan dari dua konsonan dalam Hanacaraka yang akan membentuk suatu suku kata. sebagai contoh kraton yang dapat dipisah menjadi kra-ton. suku kata kra memiliki gugus konsonan kr. Di dalam Hanacaraka ada lima buah gugus konsonan yang digunakan dalam bentuk sandangan.

Sandangan Cakra

Sandangan cakra merupakan penanda gugus konsonan yang unsur terakhirnya berwujud konsonan r. Tanda cakra ditulis serangkai di bawah bagian akhir aksara yang diberi tanda cakra itu.
Aksara yang sudah diberikan cakra dapat diberikan sandangan lagi selain sandangan cakra, cecak, cakra la, cakra wa. Dan apa bila sandangan itu adalah pepet, maka sandangan cakra dan pepet ditulis menjadi cakra keret.

Sandangan Cakra Keret

Sandangan Cakra Keret dipakai untuk melambangkan gugus konsonan yang berunsur akhir konsonan r dengan diikuti vokal e pepet. Dengan kata lain cakra keret digunakan sebagai ganti tanda cakra yang mendapatkan penambahan sandangan pepet. Tanda cakra keret ditulis serangkai di bawah bagian akhir aksara yang diberikan tanda keret itu.

Sandangan Pengkal

Sandangan Pengkal dipakai untuk melambangkan konsonan y yang bergabung dengan konsonan lain di dalam suatu suku kata. Tanda pengkal ditulis serangkai di belakang aksara yang diberi tanda pengkal.

Singkatan atau akronim

Singkatan adalah kependekan bentuk (kata atau kelompok kata) yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dilafalkan huruf demi huruf ataupun yang tidak. Sedangkan Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar.
Singkatan dan akronim itu lazimnya dibuat berdasarkan atas tulisan beraksara latin. Untuk singkatan yang tidak dapat diucapkan sebagai mana layaknya sebuah kata, maka penulisannya adalah seperti apa yang terucap dari singkatan itu. Sedangkan akronim yang bisa diucapkan sebagai kata, maka dituliskan sebagai mana layaknya sebuah kata.
Untuk menuliskan singkatan pada perangkat lunak ini, gunakan huruf besar semua. contoh : PPKI, PPPK, MPR, DPR dan lain sebagainya

Angka dan lambang bilangan

  • Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Angka jawa adalah sebagai berikut
  • Angka dipakai untuk menyatakan angka dipakai untuk menyatakan (i) Ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Penulisan angka untuk kasus ini dilakukan dengan mengapitkan tanda pada pangkat di awal dan di akhir penulisan angka.
Contoh :
Dawane 35 cm.
Bobotku 65 kilogram.
Untuk menuliskan satuan dari suatu bilangan, maka satuan itu bisa dituliskan dalam bentuk kata lengkapnya. sebagai contoh kilogram, meter, kilometer, dan sebagainya.
Pada Perangkat lunak ini juga mendukung perubahan bentuk huruf dari bentuk satuan (tidak normal) ke bentuk pengucapannya. Adapun dukungan satuan/besaran yang ditangani yakni :
Tabel tak normal dan kata normal.

Tanda baca

Dalam Hanacaraka terdapat pula tanda-tanda baca yang digunakan dalam penulisan kalimat, paragraf dan lainnya. Bentuk tanda baca yang ditangani dalam perangkat lunak ini ada 4 buah yakni :
  • Pada Adeg-adeg
Pada adeg-adeg dipakai di depan kalimat pada tiap-tiap awal alinea.
  • Pada Adeg
Pada adeg dipakai untuk menandakan bagian tertentu dari suatu teks yang perlu diperhatikan, hampir setara dengan tanda kurung.
  • Pada Lingsa
Pada lingsa dipakai pada akhir bagian kalimat sebagai tanda intonasi setengah selesai. Tanda ini hampir setara dengan penggunaan koma(,).
Contoh: wong gedhe, dhuwur, lan pakulitane ireng.
  • Pada Lungsi
Pada lungsi dipakai pada akhir suatu kalimat. Tanda ini hampir setara dengan titik.
Contoh: wis meh jam telu esuk, sumini durung bisa turu. pikirane goreh. goreh amarga mikirna bojone kang wis telung dina iki durung mulih.
  • Pada Pangkat
Pada pangkat mempunyai beberapa fungsi tertentu, yang pada contoh berikut diperagakan sebagai titik dua (:)
    • Pada pangkat dipakai pada akhir pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh; aku arep tuku bala pecah : mangkok, piring, lan gelas.
    • Karena kebanyakan dari angka Jawa memiliki bentuk yang sama dengan aksara huruf, Pada pangkat dipakai untuk menandakan suatu simbol sebagai angka dengan mengapitnya. Contoh; Ibu mundhut emas :75: gram.
    • Pada pangkat dipakai untuk mengapit petikan langsung. Contoh; Ibu ngendika, :sapa kancamu:

Wednesday, February 5, 2014

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM




BAB 2:
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Sudah menjadi sunatullah bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT. dalam kondisi yang berbeda,baik dari segi lingkungan, suku, bangsa, ataupun budayanya. Akibat perbedaan tersebut, tidak sedikit yang menimbulkan perbedaan pandangan dalam kehidupan sehingga muncul pertengkaran dan perselisihan yang pada akhirnya manusia itu bercerai berai. Untuk menghindari hal tersebut, Allah SWT. menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi dan rasul untuk disebar luaskan dan diajarkan kepada para umat manusia sebagai petunjuk dan pedoman.
Pengertian Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT.
Sebelum membahas tentang kitab-kitab Allah SWT. terlebih dahulu kita jelaskan tentang pengertian kitab dan suhuf. Kitab ialah wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada para rasul untuk diajarkan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidupnya. Sedangkan yang dimaksud suhuf ialah wahyu Allah SWT. yang sisampaikan kepada para rasul, merupakan dasar atau nasehat secara umum tetapi tidak wajib disampaikan atau diajarkan kepada umat manusia. Suhuf dapat pula diartikan dengan lembaran-lembaran yang tertulis.
Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT. berarti mempercayai dan menyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul yang berisi wahyu untuk disampaikan dan diajarkan kepada umat manusia.
Beriman kepada Allah SWT. merupakan rukun iman yang ketiga umat islam yang wajib percaya dan menyakini dengan sungguh-sungguh bahwa semua kitab yang telah diturunkan Allah SWT. kepada para rasulnya itu pasti benar.
Kitab-kitab yang dimaksud adalah peraturan, ketentuan, perintah, dan larangan yang dijadikan pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan, agar tercapai kebahagiaan hidup didunia dan diakirat. Kitab-kitab Allah SWT diturunkan pada masa yang berlainan, namun didalamnya terkandung ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran tauhid atau ajaran tentang keesaan Allah SWT. yang berbeda hanyalah dalam hal syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu. Oleh karena itu, sebagai siswa yang beriman laksanakanlah segala apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. dan rasulnya agar kamu dapat rahmat, dan hidahnya.
B.      Nama-Nama Kitab Allah SWT dan Rasul yang Menerimanya

Diantara kitab-kitab Allah SWT. yang wajib kita yakini ada empat yaitu:
1.Kitab Taurat
Kitab Taurat diwahyukan Allah SWT. kepada Nabi Musa a.s dibukit Tursina (Mesir) sekitar abad 12 Sebelum Masehi. Pokok Kitab ajaran Taurat berisi tentang akidah (tauhid) dan hokum-hukum syari’at.

2.Kitab Injil
Kitab Injil diwahyukan oleh Allah SWT. kepada Nabi Isa a.s sekitar abad pertama Masehi didaerah Yerussalem (Israel). Pokok ajaran kitab injil sama dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, namun sebagian menghapus hokum-hukum yang tertera dalam kitab taurat yang tidak sesuai pada zaman itu sehingga kitab injil yang asli tidak diketahui lagi keberadaannya.
3.Kitab Zabur
Kitab Zabur diwahyukan oleh Allah SWT. kepada Nabi Daud a.s sekitar abad ke-10 Sebelum Masehi didaerah Yerusallem (Israel). Pokok kitab ajaran Zabuar berisi tentang dzikir, nasehat, dan hikmah, tidak memuat hukum-hukum syariat. Kitab Zabur merupakan petunjuk bagi umat Nabi Daud a.s agar bertauhid kepada Allah SWT.
4.Kitab Al Qur’an
Al-Qur’an diwahyukan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. pada abad ke-6 Masehi didua kota, yaitu kota Mekkah dan kota Madinah (Arab Saudi). Al-Qur’an membahas tentang akidah, hukum-hukum syari’at dan muamalat. Sebagian isinya  menghapus sebagian syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu dan melengkapinya dengan hokum syari’at yang sesuai dengan perkembangan zaman. Al- Qur’an merupakan kitab suci terlengkap dan abadi sepanjang masa,berlaku bagi seluruh umat manusia sampai diakhir zaman, serta pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalakan kehidupan didunia agar tercapai kebahagiaan diakhirat. Oleh karena itu, sebagai muslim kita tidak perlu meragukannya sama sekali.
Selain empat kitab tersebut Allah SWT. juga telah menurunkan suhuf. Suhuf berasal dari kata shahifah, yang artinya lembaran wahyu Allah SWT. Suhuf yang diturunkan Allah SWT. kepada para nabi ada 100 suhuf, diantara nabi-nabi yang menerima suhuf adalah sebagai berikut:
Nabi Syis a.s menerima sebanyak 50 suhuf.
Nabi Idris a.s menerima sebanyak 30 suhuf.
Nabi Ibrahim a.s menerima sebanyak 10 suhuf.
Nabi Musa a.s menerima sebanyak 10 suhuf.
Dari para nabi penerima suhuf tersebut, nabi Musa a.s selain menerima suhuf, juga menerima kitab Taurat. Dan suhuf itu disatukan kedalam kitab Taurat.
C.      Al Qur’an sebagai Kitab Suci Umat Islam
Al Qur’an yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril itu tidaksekaligus, melainkan secara berangsur-angsur yang waktu turunnya selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Terdiri dari 30 Juz, 114 Surah, 6.666 Ayat, 74.437 Kalimat, 325.345 Huruf. Turunnya Al Qur’an disebut nuzulul qur’an. Wahyu pertama berupa Surah Al-Alaq 1-5 diturunkan malam pada tanggal 17 Ramadhan tahun 610 Masehi digua Hira ketika Nabi Muhammad saw. sedang berkhalawat (bersemedi). Pada saat itu pula Nabi Muhammad dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah SWT. untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh umat pada usia 40 tahun. Sedangkan ayat terakhir turun adalah Surah Al-Maidah ayat 3. Ayat tersebut turun pada tanggal 9 Zulhijah tahun ke-10 Hijriyah di Padang Arafah ketika beliau sedang menunaikan ibadah haji wada’ (haji perpisahan), karena beberapa hari setelah menerima wahyu tersebut Nabi Muhammad saw. wafat.
Al Qur’an sebagai kitab suci yang terakhir selalu dijaga kemurniannya dan keasliannya oleh Allah SWT. sampai akhir zaman.
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa Al Qur’an dijamin kebenarannya dan dapat dipertanggung jawabkan kemurniannya, terhindar dari unsure-unsur pemalsuan.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak problemma kehidupan yang tidak dapat diatasi oleh manusia karena sikap mereka. Berbagai macam jenis penyakit timbul tanpa diketahui cara pengobatannya, terjadinya bencana yang tidak disangka-sangka, terjadinya gejolak sosian dan sebagainya. Semua itu merupakan dampak manusia yang meninggalkan Al Qur’an.
Sebagai kitab umat muslim, Al Qur’an memiliki beberapa keutamaan dan keistimewaan disbanding kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Keutamaan kitab suci Al Qur’an tersebut antara lain sebagai berikut.
Al Qur’an memiliki isi kandungan yang paling lengkap dan sempurna, berlaku sepanjang masa, berlaku untuk seluruh umat manusia tanpa pembatas antara suku, bangsa, dan umat atau kalangan tertentu.
Al Qur’an tidak akan pernah bisa dimasuki ole hide-ode manusia yang ingin menyimpangkannya karena Allah SWT. sendiri yang menjaganya.
Al Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti dengan adanya penemuan baru hasil riset ilmu pengetahuan modern yang membenarkan pernyataan-pernyataan dalam Al Qur’an, seperti penciptaan manusia dan alam semesta.
Al Qur’an mengandung ilmu pengetahuan yang tinggi dan luas sehingga setiap muslim yang sungguh-sungguh dan mempelajari dan mengamalkan isinya akan diangkat oleh Allah derajatnya.
Al Qur’an mengandung semua hokum yang sesuai dengan perkembangan zaman dan berlaku sepanjang masa, seperti akidah, fikih, akhlak, muamalah (pergaulan), dan tarikh (sejarah).
Masih banyak keutamaan dan keistimewaan Al Qur’an yang terus menerus diperoleh manusia seiring dengan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Oleh karena itu, sebagai kitab suci umat islam, kita harus mempelajari dan mengkaji Al Qur’an dengan sungguh-sungguh. Insya Allah akan memperoleh keuntungan untuk hidup di dunia dan diakhirat. Karena dengan hanya membaca saja sudah merupakan ibadah kepada Allah SWT. jika kita dapat memahami dan mengamalkannya.
Dengan membaca, mempelajari, dan menggali isi kandungan ilmu pengetahuan yang ada dalam Al Qur’an, akan menghilangkan kegelisaan batin, bahkan penyakit jiwa, yang erat kaitannya dengan penyakit jasmani. Dengan demikian, selaku umat muslim haruslah menjadi Al Qur’an petunjuk dan pedoman hidup ini, dan jangan berpedoman dengan yang lain. Insya Allah berbagai persoalan dapat teratasi dan mendapat rida Allah SWT.
D.      Fungsi Beriman kepada Kitab-Kitab Allah SWT.
Setiap kitab-kitab Allah SWT. yang diturunkan kepada nabi dan rasul adalah sebagai petunjuk umat manusia. Kita sebagai umat muslim wajib mengimani dan menyakini semua kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah SWT. tersebut, sehingga dapat berfungsi dalam kehidupan kita sehari-hari, diantaranya sebagai berikut.
Mempunyai keimanan kepada Allah SWT. Karena banyak hal-hal kehidupan manusia yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan dan akhlak manusia, maka kitab-kitab Allah mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan manusia, baik yang tampak maupun yang gaib.
Memperkuat keyakinan seseorang terhadap tugas Nabi Muhammad saw. Karena dengan menyakini kitab-kitab Allah, maka percaya terhadap kebenaran Al Qur’an dan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Menambah ilmu pengetahuan. Karena dalam kitab-kitab Allah, disamping berisi tentang perintah dan larangan Allah, juga menjelaskan pokok-pokok ilmu pengetahuan untuk mendorong manusia mengembangkan dan memperluas wawasan sesuai dengan perkembangan zaman.
Menanamkan sikap toleransi terhadap pengikut agama lain. Karena dengan beriman kepada kitab-kitab Allah, maka umat islam akan selalu menghormati dan menghargai orang lain. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan hadis.
E.      Sikap Mencintai Al Qur’an sebagai Kitab Allah SWT.
Apabila seorang muslim mencintai Al Qur’an, maka tandanya ia senang membawanya, seiring membacanya, mempelajari, dan mengamalkan isinya, bahkan jika ada orang lain menghinanya, ia siap membela kemuliaan demi Al Qur’an.
Berusahalah memahami isinya, melaksanakan perintahnya, dan menjauhi larangannya. Jika kamu sudah bersikap seperti itu, Insya Allah kamu akan mendapatkan syafaat dan kelak kamu akan ditolong oleh Al Qur’an itu. Kitab suci Al QUr’an akan siap menjadi teman setiamu dan siap menuntunmu menuju surga.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap mencintai Al Qur’an adalah sebagai berikut.
Seorang muslim yang baik adalah selalu berusaha menghormati, memuliakan dan menjunjung tinggi kitab suci Al Qur’an.
Senantiasa berusaha untuk membaca Al Qur’an dalam segala kesempatan dikala suka maupun duka.
Senantiasa berusaha untuk memahami arti dan isi kandungannya.
Senantiasa berusaha mengamalkan isi kandungan, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, serta menjadikannya sebagai pedoman hidup.
Akan tetapi, pada zaman sekarang ini tidak sedikit orang yang sudah meninggalkan Al Qur’an. Diantara tanda-tandanya adalahsebagai berikut.
Tidak menghormati dan menjunjung tinggi Al Qur’an
Meletakkan Al Qur’an ditempat yang rendah dibandingkan buku-buku yang lain.
Tidak mengamalkan isi kandungan Al Qur’an meskipun mengetahui maknanya.


ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PRANATA SOSIAL

A.   PENGERTIAN dan FUNGSI PRANATA SOSIAL
Pengertian pranata menurut koentjaraningrat
PRANATA SOSIAL adalah suatu system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada Aktifitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks  -kompleks   kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
PERBEDAAN PRANATA dengan LEMBAGA
PRANATA adalah  system norma atau aturan-aturan mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus.
Sedangkan
LEMBAGA adalah badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas itu.
Menurut koentjaraningrat, memiliki 8 tujuan:
-          Memenuhi kebutuhan social dan kekerabatan
-          Memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi, menimbun, mendistribusikan harta
-          Memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pendidikan manusia
-          Memenuhi kebutuhan ilmiah manusia
-          Memenuhi kebutuhan manusia untuk menyatakan rasa keindahan dan rekreasi
-          Memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan tuhan
-          Untuk mengatur kehidupan berkelompok atau bernegara
-          Mengurus kebutuhan jasmani manusia

FUNGSI PRANATA SOSIAL
a.       Menjaga keutuhan masyarakat
b.      Sabagai social control
c.       Memberikan pedoman   pada anggota masyarakat

B.      CIRI-CIRI PRANATA SOSIAL
1.       Memiliki lambing-lambang sebagai ciri khasnya.
2.       Memiliki tingkat kekekalan tertentu
3.       Memiliki tradisi tertulis maupun tidak tertulis
4.       Merupakan suatu system pola-pola pemikiran dan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan
5.       Memiliki satu atau beberapa tujuan
6.       Memiliki alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan
C.      JENIS-JENIS PRANATA SOSIAL
1.       Berdasarkan Pengembanganya
a.       Crescive institutions
b.      Enacted institutions
2.       Berdasarkan Sistem Nilai yang diterima masyarakat
a.       Basic institutions
b.      Subsidiary institutions
3.       Berdasarkan sudut Penerimaan masyarakat
a.       Approved institutions
b.      Unsactioned institutions
4.       Berdasarkan factor penyebaranya
a.       General institutions
b.      Restucted institutions
5.       Berdasarkan fungsinya
a.       Cooperative institutions
b.      Regulative institutions

PRANATA SOSIAL DIKATEGORIKAN MENJADI 5 JENIS :
1.       PRANATA AGAMA
2.       PRANATA PENDIDIKAN
3.       PRANATA KELUARGA
4.       PRANATA POLITIK
5.       PRANATA EKONOMI